Posts

Showing posts from May, 2016
Image
Ku Titipkan Rindu pada Surah Ar-Rohman Cerpen Karangan:  Fifi Dzakiyatul Mustafidah Lolos moderasi pada: 5 May 2016  Lantunan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an terdengar merdu di telinga. Bagai melodi-melodi indah yang tersusun rapi. Maghrib yang hening, membuat suasana menjadi khusyu’. Syahida. Suara indah itu, ke luar dari bibir mungil Syahida, anak dari seorang tukang bubur ayam keliling. Dia dilahirkan dan dididik menjadi anak yang religius. Sudah biasanya Syahida membaca Al-Qur’an sehabis salat maghrib, yang pasti ia baca adalah surah Ar-Rohman. Baginya surah Ar-Rohman adalah surah yang mengingatkannya pada Ibunya. Ibu Syahida telah lama meninggal, kira-kira sudah empat tahun terakhir. Saat Syahida kecil, setelah Syahida mengaji, Ibunya sering membaca surah Ar-Rohman setelah maghrib, Syahida sering berada di pangkuan Ibunya hingga Syahida terlelap tidur. “Fabi ayyi aa laa irobbikumaa tukadz dzibaan, tabaarokas murobbika dzil jalaa li wal ikrom. Shodaqallaah...
Image
1 Bunga Yang Layu (Part 3) Cerpen Karangan:  M. Fauzan Delfani Lolos moderasi pada: 16 May 2016 “Sudahlah kawan, ini hanya sebagian cobaan yang masih belum seberapa,” kata Said menenangkanku seraya memegang kedua pundakku. Aku lepas tangannya tersebut dengan perasaan yang tidak bisa ku terima, “Kau bilang ini belum seberapa?! Lebih baik aku yang sakit menggantikannya kawan,” aku membalikkan badanku dan pergi menuju ke ruangan tadi. Aku masih percaya bahwa dia menunggu diriku. Dengan kerasnya dia melontarkan perkataan-perkataan kepadaku dari belakang, tapi aku masuk di telinga kanan keluar kiri. Yang lebih penting sekarang bukanlah Said, melainkan ialah orang yang berada di sana. Tunggulah aku wahai bidadariku. “Dok! Kalian tidak bercanda kan?” “Kami sudah berusaha sekuat mungkin, kami turut berduka, Pak.” Mendengar itu, mataku langsung melotot besar, pikiranku menuju ke hal yang tidak ingin terjadi. Ibunya menangis di bangku duduk dengan tisu yang diletakkanya...
Image
1 Bunga Yang Layu (Part 2) Cerpen Karangan:  M. Fauzan Delfani Lolos moderasi pada: 16 May 2016 “Aku takut! Aku takut! Aku takuuuttt!!!” Dia menggelengkan kepalanya dengan penuh rasa cemas.Aku ikut juga menangis melihatnya menderita seperti ini, aku peluk dia dengan eratnya sembari aku berucap, “Tidak, kau itu adalah sosok perempuan sangat kuat yang pernah ku kenal. Jangan takut, aku ada di sini bersamamu selalu,” ku biarkan dia menangis di pundakku yang penuh dengan air matanya. Semakin erat aku memeluknya, semakin nangislah dirinya. Aku juga mencium rambutnya itu dengan tetesan mataku, sesekali ku usap rambutnya juga. Suara ketukan dari balik pintu yang lumayan nyaring membuatku harus melepaskan dirinya yang terkulai lemah tak berdaya itu untuk menuju pintu dan membukanya dengan rasa penasaran, bahkan itu membuat diriku bertanya-tanya, “Siapakah gerangan di balik ini?” lalu aku buka dan ternyata dia adalah orang yang sangat ku kenal dengan senyumnya yang entah men...
Image
1 Bunga Yang Layu (Part 1) Cerpen Karangan:  M. Fauzan Delfani Lolos moderasi pada: 16 May 2016 Aku menangis sejadi-jadinya melihat belahan hatiku terbaring lemas di rumah sakit. Dia tidak pernah menceritakan penyakitnya itu kepadaku. Aku marah sekaligus tak tega melihatnya. Sore menjelang malam, hanya ada aku dan dia. “Stadium 4! Kanker otak! Kenapa kau tidak bilang semuanya dari awal?” aku menangis seperti anak kecil yang masih cengeng. Matanya sayup, tapi dia bisa tersenyum sedikit, “Maaf, sayang. Aku tidak ingin kau mengkhawatirkanku.” Ku pegang tangannya yang dingin itu, lalu ku tempelkan ke pipiku yang penuh dengan air mata, “Berjanjilah denganku, mulai sekarang kau harus jujur.” “Iya. Maafkan aku ya sayang.” Tangannya yang ku pegang perlahan-lahan menghapus air mataku. Besoknya, sehabis pulang sekolah aku segera mungkin menuju kekasihku yang tak berdaya. Ku lihat dia menatap indahnya alam lewat kaca jendela, namun sayang tidak bisa merasakan indahnya ala...
Image
Fabel berbahasa inggris dan terjemahannya  Mouse Deer and Crocodile   One day, Mouse Deer went down to the river to take a drink. But he knew that the crocodile might be waiting underwater to eat him, so he said out loud. “I wonder if the water’s warm. I’ll put in my leg and find out.” Of course Mouse Deer didn’t put in his leg. He picked up a stick instead and put one end into the water. Chomp…! Crocodile grabbed the stick and pulled it underwater. Mouse Deer laughed. “Ha… ha…ha… Stupid crocodile! Cant you tell the difference between a stick and a leg?” Then Mouse Deer ran off to drink somewhere else. In the next day, Mouse Deer wanted to cross the river. He wanted to eat the fruits on the other side of the river. He saw a floating log in the river. He knew that Crocodile looked like a log when he floated. Mouse Deer didn’t want to be eaten by Crocodile when he crosses the river. He had an idea. He called out loud, “Crocodile!” Crocodile rose from the water, “Hello, Mouse...
Image
Fabel Bahasa inggris  A Lesson for the Tiger Folklore from Central Java A Long time ago, all animals had a king. Their king was the tiger. All animals were afraid of him. The tiger was the strongest among them. He was also very mean. He would hit any animals when they disobeyed him. They wanted to give the tiger a lesson. "Listen friends, we need to find a way. The tiger is also cruel especially to weak animals like me," said the rabbit. "I have an idea," said the mouse deer. "He is not clever as he looks. I think I can trick him," said the mouse deer. "How will you trick him?" asked the rabbit. "It's easy. You meet the tiger and tell him that I challenge him to fight." "What? Are you kidding? You cannot win!" said the rabbit. "Don't worry. I'm not really challenging him to fight. It's all part of the plan." The mouse deer continued. "You just tell him that I challenge him to fight under th...
Image
Suara Bintang Terdengar Hingga ke Jepang Cerpen Karangan:  Sigit Pamungkas Lolos moderasi pada: 12 June 2013 Perjalanan kisah hidupnya baru di mulai ketika merasakan apa yang dinamakan merantau, pengalaman yang mengenakan, menyedihkan bahkan yang berbuah penyesalan sudah dirasakan secara “kenyang” olehnya. Niat tulus untuk melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi di luar kotanya membuat hasrat untuk lebih sukses menggema dalam relung jiwanya, walaupun sebagian tetangganya berbisik dan terdengar oleh telinga panasnya. “anaku saja yang pintar melanjutkan kuliah disini kok, ngapain keluar kota segala, sudah tau di kota kita mempunyai universitas yang sudah terakreditasi” sahut tetangga berisik. Memang, di kota asalnya sudah memiliki beberapa universitas dan semuanya sudah terakreditasi, tetapi hati kecil berkata, bukan hanya mencari intisari pendidikan semata dan title sarjana saja, dirinya ingin mencari pengalaman berharga dan ingin hidup mandiri, jauh dari oran...